![]() |
Gambar Sketsa proses-proses pelapukan, erosi, transportasi, dan pengendapan batuan sedimen (atas). Sketsa perlapisan pada batuan sedimen (bawah).
|
A. Proses Pembentukan Batuan Sedimen
Proses pembentukan batuan sedimen melibatkan beberapa tahapan berikut:
- Pelapukan: Proses fisik dan kimia yang memecah batuan induk menjadi material yang lebih kecil.
- Erosi dan Transportasi: Material hasil pelapukan diangkut oleh media seperti air, angin, atau gletser.
- Pengendapan: Material yang terangkut diendapkan ketika energi transportasi menurun.
- Lithifikasi: Proses diagenesis, yang mencakup kompaksi dan sementasi, mengubah material lepas menjadi batuan padat.
B. Klasifikasi Batuan Sedimen
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi dua kelompok besar:
1. Batuan Sedimen Silisiklastik
Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari hasil rombakan batuan lain (detritus) yang diangkut oleh media transportasi seperti air, angin, atau es, kemudian diendapkan kembali. Berdasarkan ukuran butirnya, batuan silisiklastik dikelompokkan menjadi:
- Mudrock (batulempung dan batulanau): Berbutir halus.
- Batupasir: Berbutir sedang.
- Konglomerat dan breksi: Berbutir kasar.
Contoh Sebaran:
- Batupasir dan konglomerat dapat ditemukan di Formasi Sambipitu (Yogyakarta) dan Formasi Halang (Jawa Barat).
- Batulempung dijumpai di Cekungan Sumatra Selatan dan Jawa Timur.
- Breksi vulkanik tersebar di Gunung Salak (Jawa Barat).
2. Batuan Sedimen Karbonat
Batuan ini terdiri lebih dari 50% garam karbonat, seperti kalsit (CaCO₃) atau dolomit (CaMg(CO₃)₂). Batuan karbonat dapat terbentuk secara insitu melalui proses kimia dan biokimia atau melalui transportasi mekanik.
Contoh Jenis:
- Batugamping: Dapat berasal dari cangkang organisme laut seperti koral dan foraminifera.
- Dolomit: Terbentuk melalui proses dolomitisasi dari batugamping.
Contoh Sebaran:
- Batugamping banyak ditemukan di Pegunungan Sewu (Jawa), Pegunungan Bukit Barisan (Sumatra), dan kawasan Maros-Pangkep (Sulawesi Selatan).
- Dolomit terdapat di wilayah Pegunungan Kendeng (Jawa Timur).
C. Klasifikasi Berdasarkan Bentuknya :
- Sedimen Klastik
- Sedimen non klastik
D. Klasifikasi Berdasarkan Bentuknya
Batuan sedimen juga dapat dibedakan menjadi sedimen klastik dan sedimen non-klastik berdasarkan proses pembentukannya.
1. Sedimen Klastik
- Ciri: Terbentuk dari detritus atau pecahan batuan induk yang mengalami transportasi.
- Contoh:
- Batupasir: Ditemukan di Formasi Balikpapan (Kalimantan Timur).
- Konglomerat: Terdapat di Formasi Wonosari (Yogyakarta).
- Batulempung dan Batulanau: Banyak ditemukan di delta Sungai Mahakam (Kalimantan).
2. Sedimen Non-Klastik
- Ciri: Terbentuk melalui reaksi kimia atau aktivitas organisme tanpa transportasi yang signifikan.
- Jenis dan Contoh:
- Sedimen Organik:
- Batugamping terumbu: Ditemukan di Raja Ampat dan Pulau Komodo.
- Batubara: Sebaran di Kalimantan Selatan dan Sumatra Selatan.
- Chalk (batugamping fosiliferus): Terdapat di Laut Utara dan Selandia Baru.
Gambar 5. Batubara
Gambar 6. Chalk
Gambar 7. Coquina
- Sedimen Organik:
- Sedimen Kimia:
- Gipsum: Banyak dijumpai di daerah Gurun Sahara dan India.
- Dolomit: Terdapat di Formasi Kinta (Malaysia).
- Halite (garam batu): Ditemukan di Cekungan Afar (Ethiopia).
- Sedimen Kimia:
Kesimpulan
Batuan sedimen merupakan hasil dari proses panjang yang melibatkan pelapukan, transportasi, pengendapan, dan lithifikasi. Dengan klasifikasi yang beragam, batuan sedimen memainkan peran penting dalam memahami sejarah geologi bumi. Sebarannya yang luas di Indonesia dan dunia menjadikannya subjek studi penting bagi geolog, khususnya untuk aplikasi dalam eksplorasi sumber daya alam seperti minyak, gas, dan batubara.
Referensi
- Pettijohn, F. J. (1975). Sedimentary Rocks.
- Blatt, H., & Tracy, R. J. (1996). Petrology: Igneous, Sedimentary, and Metamorphic.
- Geological Society of Indonesia. (2021). Batuan Sedimen di Indonesia.
- Tucker, M. E. (2001). Sedimentary Petrology: An Introduction to the Origin of Sedimentary Rocks.