(Surastopo, 1982). Jadi berdasarkan pengertian bentanglahan tersebut, maka dapat diketahui bahwa terdapat 8 (delapan) unsur penyusun bentanglahan, yaitu: udara, batuan, tanah, air, bentuklahan, flora, fauna, dan manusia, dengan segala aktivitasnya. Kedelapan unsur bentanglahan tersebut merupakan faktor-faktor penentu terbentuknya bentanglahan, yang terdiri atas: faktor geomorfik (G), litologik (L), edafik (E), klimatik (K), hidrologik (H), oseanik (O), biotik (B), dan faktor antropogenik (A). Dengan demikian, berdasarkan faktor-faktor pembentuknya, bentanglahan (Ls) dapat dirumuskan :
Ls = f (G, L, E, K, H, O, B, A)
Keterangan :
- Ls : bentanglahan
- G : geomorfik
- L : litologik
- E : edafik
- K : klimatik
- H : hidrologik
- O : oseanik
- B : biotic
- A : antropogenik
Bentanglahan sebagai inti kajian bentang alami. Menurut Tuttle (1975), bentanglahan atau landscape merupakan kombinasi atau gabungan dari bentuklahan. Mengacu pada definisi bentanglahan tersebut, maka dapat dimengerti bahwa unit analisis yang yang sesuai adalah unit bentuklahan. Oleh karena itu, untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bentanglahan selalu mendasarkan pada kerangka kerja bentuklahan (landform).
Kunci pemahaman bentanglahan. Proses terbentuknya bentanglahan, baik bentang lahan alami maupun bentang budaya, dapat diterangkan berdasar 3 komponen, yaitu:
- Komponen lingkungan alam,
- Lingkungan sosial, dan
- Ideologi
Masing-masing komponen memiliki sub komponen. Sebagai contoh pada komponen lingkungan alami terdapat sub komponen: relief, batuan, air, dan iklim yang saling berinteraksi. Interaksi ini disebut dengan interaksi horisontal, yang akan menciptakan kenampakan bentang tersendiri. Selain itu juga terdapat interaksi vertikal, yaitu interaksi yang terjadi antara komponen yang saling mempengaruhi, misalnya antara lingkungan alam dan lingkungan sosial. Tiga komponen tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan.