Pada zaman Yunani kuno pengetahuan manusia tentang bumi masih sangat dipengaruhi oleh mitologi. Namun, sejak abad ke-6 SM pengaruh mitologi itu terus berkurang seiring dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan tentang bumi mulai didasarkan atas ilmu alam, ilmu pasti, dan logika. Salah satu bukti bahwa pengetahuan telah didasarkan pada logika adalah telah adanya usaha untuk menjelaskan tentang suatu wilayah termasuk perilaku penduduknya. Orang yang pertama kali menguraikan seluk-beluk keadaan suatu tempat, yang kemudian dinamakan topografi adalah Herodutus (485-428 SM).
Claudius Ptolomeus (Claudius Ptolemy) dalam bukunya yang berjudul Geographike Unphegesis (pertengahan abad ke-2 Masehi) menjelaskan bahwa geografi adalah suatu bentuk penyajian dengan peta terhadap sebagian permukaan bumi yang menunjukkan kenampakan umum. Menurut Ptolomeus geografi lebih mengutamakan hal-hal atau fenomena yang bersifat kuantitatif. Pandangan dan pendapat Ptolomeus ini merupakan sumber bagi definisi geografi zaman modern.
Inovasi geografis terpenting Ptolomeus, yaitu mencatat garis bujur dan lintang dalam derajat untuk kira-kira 8.000 lokasi di peta dunianya. Sehingga memungkinkan untuk membuat duplikat peta yang tepat. Topografi paling rinci yaitu peta-peta dari Eropa dan Asia. Pada wilayah tersebut juga tersedia dan referensi terbaik tentang cara mengumpulkan data dan menggambar peta
Seorang ahli filsafat dari Arab Ibnu Khaldun (1332-1406), menulis buku kesejarahan yang dapat dikatakan sebagai embrio ilmu kemasyarakatan. Ibnu Khaldun memperhatikan permasalahan irigasi, kehidupan bangsa nomad, dan aktivitas perdagangan di daerah gurun. Ibnu Khaldun juga menguraikan penyebab munculnya kerajaan-kerajaan Islam dan meramalkan ambruknya kerajaan-kerajaan tersebut. Ibnu Khaldun termasuk ahli geografi yang telah menunjukkan contoh cara menguraikan pengaruh lingkungan alam terhadap masyarakat dalam suatu wilayah.
Pandangan Geografi Modern (abad ke-18)
Pandangan geografi modern pada awalnya dikemukakan oleh Immanuel Kant (1724-1804). Menurut Kant, geografi merupakan disiplin ilmiah yang objek studinya adalah benda-benda atau gejala-gejala yang keberadaannya tersebar dan berasosiasi dalam ruang (space).
Alexander von Humboldt (1769-1859) lebih berminat pada kajian fisik dan biologi. Humboldt adalah seorang ahli geografi asal Jerman yang melakukan perjalanan ke Benua Amerika. Hasil dari perjalanannya itu adalah sebuah deskripsi tentang hubungan antara ketinggian tempat dan vegetasi yang mendiaminya. Namun demikian, Humboldt juga tetap memperhatikan keberadaan manusia, antara lain perhatiannya tentang kebudayaan penduduk Asia dan kebudayaan penduduk Amerika.
Karl Ritter (1779-1859) membuat uraian yang sejalan dengan pemikiran Humboldt, yaitu menjelaskan kegiatan manusia dalam suatu wilayah. Ritter menganggap permukaan bumi sebagai tempat tinggal manusia dan menggolongkannya menjadi wilayah alamiah, terutama berdasarkan bentang alamnya, serta mempelajari unit wilayah tersebut bagi masyarakat yang akan menempati atau pernah menempati.
Pandangan Geografi Akhir Abad ke-19
Pandangan Geografi Abad ke-20
Salah satu ciri pandangan geografi pada abad ke-20 adalah kajiannya yang bercorak sosial budaya. Pandangan yang bercorak sosial budaya itu merupakan reaksi atas dominasi geografi alam hingga akhir abad ke-19.
Vidal de la Blache (1854-1918) mengemukakan pendapatnya bahwa dalam kajian geografi harus menyatukan faktor manusia dan faktor fisik karena tujuan geografi adalah untuk mengetahui adanya interaksi antara manusia dan lingkungan fisiknya. Oleh karena itu, konsep geografi yang dikemukakan Vidal de la Blache adalah kewilayahan.
Pandangan Geografi Mutakhir
Sir Edward Anthony Wrigley Sumber : wikipedia |
E. A. Wrigley (1965) mengemukakan pendapatnya bahwa semua metode analisa dapat digunakan dalam kajian geografi selama analisa tersebut mampu menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Wrigley juga berpendapat bahwa geografi adalah disiplin ilmiah yang berorientasi pada masalah (problem oriented) dalam mengkaji interaksi antara manusia dan lingkungannya.
Pandangan geografi mutakhir juga ditandai oleh adanya kajian-kajian geografi yang bersifat tematik dalam suatu wilayah, terutama interaksi antara manusia dan lingkungannya. Di dalam kajian tersebut telah menggunakan metode statistik dan pemanfaatan komputer untuk menganalisa dan menyimpan data.