Tekstur Batuan Beku

Tekstur batuan beku mengacu pada hubungan antara massa kristal dan massa gelas dalam suatu batuan, yang menghasilkan distribusi mineral tertentu. Tekstur batuan beku dipengaruhi oleh kecepatan kristalisasi, suhu, kandungan gas, viskositas magma, dan tekanan saat pembekuan.

Prinsip Tekstur Batuan Beku

  1. Jika suatu mineral dilingkupi oleh mineral lain, maka mineral yang melingkupi terbentuk lebih muda.
  2. Mineral yang terbentuk lebih awal biasanya lebih euhedral (kristal sempurna) dibandingkan mineral yang terbentuk kemudian.
  3. Jika terdapat kristal kecil bersama dengan kristal besar, maka kristal besar terbentuk lebih dahulu.

A. Derajat Kristalisasi

Derajat kristalisasi menggambarkan proporsi antara massa kristal dengan massa gelas dalam batuan beku.

  1. Holokristalin

    • Batuan seluruhnya terdiri atas kristal.
    • Contoh: Granit, Diorit, Gabro.
    • Granit: Umum di kawasan granitik seperti di Pegunungan Bukit Barisan (Sumatra) dan Kalimantan.
    • Gabro: Banyak ditemukan di lantai samudra dan busur magmatik seperti di Maluku. 
    • Gambar Granite-Polished
       
    • Gambar Granit

  2. Hipokristalin

    • Batuan terdiri dari campuran kristal dan massa gelas.
    • Contoh: Andesit.
    • Sebaran: Andesit umum di wilayah vulkanik Indonesia, seperti Gunung Merapi dan Gunung Rinjani. 
    • Gambar Andesit
  3. Holohyalin

    • Batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.
    • Contoh: Obsidian, Volcanic Glass.
    • Sebaran: Obsidian: Banyak ditemukan di daerah vulkanik seperti Pegunungan Tengger (Jawa Timur). 
    • Gambar Rhyolite
       
    • Gambar Obsidian / Volcanic Glass  

B. Granularitas

Granularitas mengacu pada ukuran butir kristal dalam batuan beku:

  1. Afanitik
    • Ukuran butir halus (< 1 mm); tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang, menunjukkan pembekuan cepat.
    • Contoh: Basalt, Rhyolit, Andesit.
    • Sebaran:
      • Basalt: Umum di lantai samudra dan daerah vulkanik seperti Gunung Tambora.
      • Andesit: Banyak ditemukan di gunung berapi aktif seperti Gunung Sinabung.
  2. Fanerik
    • Ukuran butir kasar (1–30 mm); menunjukkan pembekuan lambat.
    • Contoh: Granit, Diorit, Gabro.
    • Kategori:
      • Fanerik Halus: Diameter kristal ≥ 1 mm.
      • Fanerik Sedang: Diameter kristal 1–5 mm.
      • Fanerik Kasar: Diameter kristal 5–30 mm.
      • Fanerik Sangat Kasar: Diameter kristal > 30 mm.
    • Sebaran:
      • Granit: Ditemukan di pegunungan granitik seperti di Pegunungan Himalaya.
  3. Porfiris
    • Campuran ukuran butir besar dan kecil; menunjukkan pembekuan campuran (lambat diikuti cepat).
    • Contoh: Porfir Granit, Porfirit.
    • Sebaran: Porfir granit ditemukan di zona magma seperti Papua dan Sumatra Barat.

C. Kemas

Kemas menggambarkan bentuk butir mineral dan hubungan antar kristal.

a. Bentuk Kristal

  1. Euhedral: Kristal memiliki bidang kristal sempurna.
    • Contoh: Kristal kuarsa dalam granit.
  2. Subhedral: Kristal memiliki bidang kristal yang sebagian sempurna.
    • Contoh: Plagioklas dalam andesit.
  3. Anhedral: Kristal tidak memiliki bidang kristal yang sempurna.
    • Contoh: Olivin dalam basalt.

b. Relasi Antar Kristal

  1. Equigranular: Ukuran kristal relatif sama besar.
    • Contoh: Granit, Gabro.
    • Sebaran: Ditemukan di pluton granitik seperti di Sumatra dan Papua.
  2. Inequigranular: Ukuran kristal relatif tidak sama besar.
    • Contoh: Andesit porfiris.
    • Sebaran: Umum di gunung api aktif seperti Gunung Semeru.

Kesimpulan

Tekstur batuan beku mencerminkan proses pembentukan batuan yang dipengaruhi oleh kondisi kristalisasi magma. Beragam tekstur, mulai dari holokristalin hingga holohyalin, memberikan informasi penting tentang lingkungan pembekuan magma serta sebarannya di permukaan bumi, termasuk wilayah Indonesia yang kaya akan aktivitas vulkanik.



close