Bahan-bahan non
volatile, terutama yang berupa oksida-oksida dalam kombinasi tertentu merupakan
bahan pembentuk mineral yang lazim dijumpai dalam batuan beku.
Pada saat berlangsungnya penurunan suhu magma, terjadi proses
penghabluran (pembentukan mineral-mineral).
Berdasarkan warnanya,
mineral penyusun batuan beku dapat dibedakan menjadi dua :
1. Mineral Felsik
Mineral-mineral berwarna terang, terutama dari
mineral kuarsa, feldspar (ex : orthoklas, plagioklas,albit) feldspatoid (nevelin,
leusit, sodalit) dan muskovit. Densitas
rata-rata 2,5 -2,7
2. Mineral Mafik
Mineral-mineral berwarna gelap, terutama
kelompok olivin, Piroksen, mika, muskovit, dan amphibole
3. Mineral Sekunder
Mineral ubahan dari mineral utama dari hasil
pelapukan, reaksi hidrothermal maupun metamorfisme mineral-mineral utama.
Mineral yg terbentuk pd kristalisasi magma, umumnya jumlahnya sedikit. Dalam
jumlah banyak dapat bernilai ekonomis tetapi tidak mempengaruhi penamaan
batuan.
Oleh Bowen disusun seri penghabluran mineral-mineral silikat yang dikenal
dengan Bowen’s Reaction Series.
- Deret sebelah kanan adalah mineral felsik (kelompok plagioklas) yang terbentuk setelah kristalisasi, dan dengan proses yang berkesinambungan dengan turunnya temperatur terbentuk komposisi yang kaya akan kalsium (anortit) s/d komposisi yang kaya akan sodium (albit). Mineral bersifat continuous series (mineral-mineral yang terbentuk diawal deret tetap dapat terbentuk lagi pada deret selanjutnya).
- Deret sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik. mineral-mineral besi dan magnesium terbentuk pada awal kristalisasi dari larutan dan terendapkan dengan sempurna membentuk mineral-mineral baru dengan suatu sekuen reaksi yaitu :
Olivine -> hypersthene -> augit -> hornblende -> biotit
Mineral bersifat discontinuous series (mineral-mineral
yang terbentuk diawal deret tidak akan terbentuk lagi pada deret selanjutnya).
Kedua deret bertemu pada
kelompok mineral stabil yang tidak
mudah terubah menjadi mineral lain (Orthoklas – Quartz)