
Pada saat memasuki
atmosfer, sekitar 7% energi sinar Matahari langsung dibaurkan kembali
ke angkasa, 15% diserap oleh partikel-partikel udara dan debu atmosfer, 24%
dipantulkan oleh awan, dan 3% diserap oleh partikel-partikel awan. Jadi,
persentase albedo sinar Matahari oleh atmosfer adalah sekitar 49%, sedangkan
yang sampai di permukaan Bumi hanya 51%. Energi Matahari yang sampai di
permukaan Bumi ini kemudian dipantulkan kembali sekitar 4%. Jadi, jumlah
keseluruhan energi Matahari yang diserap muka Bumi adalah sekitar 47%.
Pengaruh langsung yang dirasakan di Bumi sebagai akibat radiasi Matahari adalah adanya perbedaan suhu udara di berbagai tempat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan temperatur antara lain sebagai berikut.
Pengaruh langsung yang dirasakan di Bumi sebagai akibat radiasi Matahari adalah adanya perbedaan suhu udara di berbagai tempat. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan temperatur antara lain sebagai berikut.
- Sudut datang sinar
Matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh arah datangnya
sinar Matahari dengan permukaan bumi.
Semakin tegak sudut datang
sinar, semakin kuat intensitas penyinaran Matahari dan semakin tinggi pula suhu
udara di daerah tersebut. Sebaliknya, semakin miring sudut datang sinar,
semakin lemah intensitas penyinarannya dan semakin rendah suhu udaranya. Oleh
karena itu pada tengah hari suhu udara kita rasakan sangat panas terik,
sedangkan pada pagi dan sore hari suhu udara kita rasakan sejuk.
- Lama waktu penyinaran, semakin lama penyinaran Matahari semakin tinggi suhu udara di suatu tempat.
Bagi kawasan Indonesia
yang beriklim tropis, di mana periode waktu siang dan malam senantiasa relatif
sama yaitu sekitar 12 jam, perbedaan suhu saat musim panas dan dingin tidak
terlalu mencolok. Akan tetapi di daerah-daerah lintang sedang dan tinggi di
mana perbedaan panjang waktu siang dan malam pada periode musim panas dan
dingin sangat mencolok, perbedaan suhu udara antara kedua musim pun sangat
tinggi.
- Ketinggian tempat, semakin tinggi suatu daerah dari per mukaan laut, semakin rendah suhu udara.
Anda tentu masih ingat
gejala gradien thermometrik, di mana rata-rata suhu udara akan mengalami
penurunan sekitar 0,5°C–0,6°C setiap tempat mengalami kenaikan 100 meter.
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata suhu udara harian di daerah pantai
kawasan tropis seperti Indonesia adalah sekitar 26°C. Dengan kedua data
tersebut kita dapat memprediksi rata-rata suhu udara di suatu daerah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
t°C = rata-rata suhu udara di tempat yang akan kita hitung.
h = ketinggian tempat
dari permukaan laut (dalam meter).
- Kondisi geografis wilayah. Bagi daerah-daerah di Indonesia yang wilayahnya merupakan kepulauan yang dikelilingi laut, perbedaan suhu udara (amplitudo suhu) harian tidak begitu tinggi.
Hal ini disebabkan oleh
sifat fisika air (perairan) yang lambat menerima (menyerap) panas, tetapi lambat
pula melepaskannya. Fenomena ini berbeda dengan wilayah-wilayah yang lokasinya
di tengah benua (daratan) yang jauh dari laut, seperti daerah Asia Tengah
(misalnya di Gurun Gobi dan Tibet), dan Gurun Sahara. Perbedaan suhu udara
antara siang dan malam sangat mencolok. Siang hari suhu udara sangat tinggi,
sedangkan pada malam hari sangat rendah bahkan sampai di bawah 0°C.
Untuk mengukur temperatur udara di suatu tempat digunakan pesawat cuaca yang dinamakan thermometer atau thermograf. Ada dua macam thermometer yang biasa digunakan untuk mengukur suhu udara, yaitu thermometer maksimum dan thermometer minimum. Thermometer maksimum terdiri atas tabung yang berisi air raksa (merkuri) karena cairan ini sangat peka terhadap kenaikan suhu, sedangkan thermometer minimum merupakan tabung gelas yang berisi alkohol yang sangat peka terhadap penurunan suhu. Thermograf adalah jenis thermometer yang secara otomatis mengukur sendiri dinamika perubahan suhu setiap waktu. Pada peta cuaca, tempat-tempat yang memiliki suhu udara sama dihubungkan dengan garis isotherm atau isothermal.