Perbedaan 3 Teori Klasik Sturktur Ruang Kota

 Tiga Teori Klasik Sturktur Ruang Kota

Berdasarkan sejarahnya, wilayah kota terbentuk disebabkan adanya urbanisasi akibat pertumbuhan jumlah penduduk, majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, serta meningkatnya kebutuhan. Sehingga, muncul permukiman-permukiman baru. Masyarakat lebih memilih bermukim di pusat kota. Karena terdapat fasilitas serta akses yang lebih mudah. Jika wilayah tersebut sudah tidak mampu menopang, maka permukiman akan berkembang ke wilayah pinggiran.

Menurut Yunus (2012: 4), Ada 3 konsep klasik yang digunakan untuk menjelaskan struktur keruangan kota, yaitu Teori Konsentris, Teori Sektor dan Teori Inti Ganda. Masing-masing dari teori tersebut berkembang hingga sekarang. Berikut penjelasan dari masing-masing teori

A. Teori Konsentris

Ernest W. Burgess pada tahun 1923 melakukan penelitian untuk Kota Chicago. Hasilnya menunjukkan perkembangan Kota Chicago membentuk sebuah pola penggunaan lahan yang konsentris dengan fungsi yang berbeda-beda. Perkembangan kota dimulai dari pusatnya yang kemudian meluas ke wilayah yang jauh dari pusat akibat peningkatan penduduk. Contoh kota dengan teori konsentris adalah Chicago, London, Kalkuta, Adelaide, dan sebagian besar.

Kekurangan dari teori konsentris adalah tidak berlaku di negara selain Amerika Serikat serta hanya terdapat di negara-negara barat yang maju masyarakatnya.

Teori konsentris dikemukakan oleh Ernest W. Burgess. Perhatikan Gambar 2.40 di buku! Wilayah kota terdiri atas lima (5) zona, yaitu sebagai berikut.

Ilustrasi wilayah teori konsentris

  • Daerah Pusat Kegiatan (Central Business District), merupakan pusat kehidupan sosial, ekonomi, budaya, dan politik kota, dapat dikatakan bahwa zona ini merupakan zona dengan aksesbilitas tinggi.
  • Zona Peralihan (Transition Zone), Sering kali zona ini terdapat permukiman kumuh dan kriminalitas yang tinggi, dan sebagian besar penduduknya adalah penduduk miskin. 
  •  Zona Perumahan Para Pekerja (Zone of Working Men’s Homes), zona ini kondisi permukiman lebih baik, meskipun dari segi perekonomian di kelas bawah ke menengah. 
  • Zona Permukiman yang Lebih Baik (Zone of Better Residences), zona ini dihuni oleh penduduk yang berstatus ekonomi menengah ke atas. Kondisi ekonomi pada zona ini lebih stabil dibanding dengan zona lainnya,
  • Zona Para Pelaju (Zone of Commuters), munculnya pelaju akibat dari desentralisasi permukiman sebagai dampak sekunder dari aplikasi teknologi di bidang transportasi dan komunikasi.

B. Teori Sektor

Teori konsentris dan teori sektor memiliki perbedaan yaitu perkembangan teori konsentris wilayah utamanya dimulai dari pusat atau inti kota yaitu daerah pusat kegiatan, kemudian berkembang kearah luar mengelilingi pusat kota, sedangkan teori sektoral pengembangan wilayah berdasarkan sektor sektor walaupun inti kota atau CBD berawal dari tengah namun perkembangan wilayahnya mengikuti sektor sektor yang ada.

Kedua teori ini memiliki persamaan berkembang dari pusat kegiatan, akan tetapi Teori Sektor lebih menekankan suatu wilayah memiliki pola keruangan sesuai dengan perbedaan potensi. Perkembangan suatu kawasan dengan tipe sektoral tidak akan terjadi secara merata ke segala arah. Teori ini sudah mulai berkembang sehingga transportasi mempengaruhi perkembangan kota. Kemudian permukiman penduduk akan mengikuti letak kawasan industri, berawal dari zona permukiman kelas rendah yang berdekatan dengan zona industri, kemudian berkembang menjadi zona kelas menengah dan berkembang lagi menjadi zona kelas atas.

Teori sektor memiliki kekurangan karena tidak melihat faktor topografi seperti ketinggian dan badan air. Kemudian teori ini berasumsi bahwa penduduk hanya tinggal di suatu wilayah berdasarkan alasan ekonomi. Kekurangan teori ini karena mengacu pada kehidupan kota di Amerika Serikat sebelum perang dunia kedua.

Teori sektor pertama kali dikemukakan oleh Hommer Hoyt pada tahun 1939, yaitu sebagai berikut.

Ilustrasi wilayah Teori Sektor

  • Daerah Pusat Kegiatan atau CBD, deskripsi mengenai CBD sama dengan zona satu pada teori konsentris.
  • Zone of Wholesale Light Manufacturing, zona ini terdiri atas kawasan industri dan perdagangan.
  •  Zona permukiman kelas rendah, zona ini terdiri atas permukiman kaum buruh dengan tingkat perekonomian rendah.
  • Zona permukiman kelas menengah, zona ini terdiri atas permukiman penduduk dengan tingkat perekonomian menengah.
  • Zona permukiman kelas atas, zona ini terdiri atas permukiman pejabat dan pengusaha dengan tingkat perekonomian tinggi.

C. Teori Inti Ganda (Multiple Nuclei)

Chauncy D. Harris dan Edward L. Ullman merupakan orang yang mengemukakan teori inti ganda.Chauncy D. Harris dan Edward L. Ullman merupakan orang yang mengemukakan teori inti ganda. Teori inti ganda menjelaskan bahwa kota memiliki beberapa inti yang terletak di dekat pusat-pusat kegiatan lain. Pusat yang terbentuk secara kompleks akan mendorong terbentuknya kota-kota yang ada di sekelilingnya sebagai kutub pertumbuhan.

Misalnya, suatu lahan memiliki nilai ekonomi yang strategis karena dekat dengan sumber daya manusia, lokasi pemasaran tepat, dan didukung sarana transportasi, maka lahan yang ada di sekitarnya akan cepat berkembang dan menjadi pusat pertumbuhan baru. Teori Inti Ganda terdiri dari 9 zona. Berikut ini penjelasan zona yang ada.Ilustrasi wilayah Inti ganda

  1. Zona 1: daerah pusat kegiatan (DPK atau CBD), kedua teori sebelumnya menyebutkan bahwa kota berkembang dari daerah pusat kegiatan, yang membedakan teori inti ganda dengan kedua teori tersebut CBD disini tidak digambarkan lingkaran sempurna karena daerah tersebut sebenarnya tidak ada batasan yang menujukan daerah pusat kegiatan.
  2. Zona 2: daerah  grosir atau manufaktur, zona ini berada berdekatan dengan daerah pusat kegiatan karena industri pada zona ini tidak memerlukan lahan yang luas dan transportasi yang besar.
  3. Zona 3: daerah permukiman kelas rendah, zona permukiman kelas rendah berada di sekitar industri karena berorientasi dengan pekerjaan
  4.  Zona 4: permukiman kelas menengah, zona ini digambarkan luas serta penduduk di daerah ini menjauhi daerah pusat kegiatan, hal ini dikarenakan penduduk memiliki transportasi pribadi dan lebih memilih mencari pelayanan dari pusat kegiatan pinggir kota.
  5. Zona 5: permukiman kelas tinggi, zona ini digambarkan semakin menjauhi daerah pusat kegiatan (CBD) karena biasanya penduduk di daerah ini memiliki penghasilan tinggi dan cenderun menghindari kebisingan dan polusi
  6. Zona 6: daerah manufaktur berat,  zona ini digambarkan berada di pinggiran kota dan berdekatan dengan permukman kelas rendah karena penduduk kelas rendah akan bekerja disana. Industri yang berada pada daerah ini membutuhkan lahan yang luas dan memerlukan transportasi yang besar seperti industri bahan kimia dan industri pengolahan baja.
  7. Zona 7: zona bisnis pinggir kota, zona ini digambarkan lokasi yang berdekaatan dengan permukiman kelas menengah dan kelas atas karena untuk melayani penduduk yang ada di daerah tersebut, seperti bandara, perguruan tinggi atau pusat perbelanjaan.
  8. Zona 8: permukiman suburban, zona ini merupakan daerah yang berada di pinggir kota seperti desa.
  9. Zona 9: daerah industri suburban, zona ini berada di luar kawasan kota. Industri-industri skala kecil berada di daerah ini.  

Kesimpulan

Kota memiliki struktur ruang yang bermacam-macam dipengaruhi karakteristik wilayah masing-masing. Berdasarkan ke-3 teori tersebut dapat diketahui bahwa teori struktur ruang selalu berkembang, berawal dari teori konsentris dikembangkan menjadi teori sektor dan menjadi teori inti ganda. Ketiga teori tersebut berkembang diawali dengan satu daerah pusat kegiatan (CBD) akan tetapi teori inti ganda menjelaskan bahwa perkembangan struktur kota tidak hanya berawal dari satu daerah pusat kegiatan tetapi ada daerah pusat kegiatan lain di pinggiran kota.

close